“Menurutmu apa itu cinta?”
“Cinta itu.. 99% kesedihan dan 1% kebahagiaan.”
Ketika dua tokoh yang tersesat di jalan yang tak berujung,
berdialog akan balada cinta mereka yang tak berbayang.
.
.
‘Mungkin untuk saat
ini semuanya memang belum terbayang apapun..’
Hyuna menghentikan goresan pensilnya, mata bulatnya tampak
berputar seolah-olah mencari sesuatu di langit-langit kamarnya. Berusaha
menemukan serangkaian kata yang tepat untuk melanjutkan goresannya.
‘Atau mungkin memang
kita yang belum bisa melihat semuanya..’
Ia berhenti lagi, memandang satu objek lurus di hadapannya.
Tersenyum tipis seolah-olah disana ada orang yang juga tersenyum untuknya.
‘Tapi untukku.. Semua
itu sama saja.’
.
.
‘Kalau kau memintaku
untuk menjawab semua pertanyaanmu yang berbuntut sama saja dengan sebuah poin
pasaran tersebut, kau tahu aku tidak akan menjawabnya..’
Junhyung memberikan jeda pada aktivitasnya, sekedar
membetulkan letak kacamatanya ke tempat yang benar dan kembali menulis di atas
kertas kosong yang sejak tadi menyita perhatiannya.
‘Tanpa harus kau tanya
pun seharusnya kau sudah menyadarinya. Perasaan ini bukan hanya sekedar rasa
suka atau cinta yang biasa. Walaupun aku tidak pernah bilang bahwa aku
mencintaimu. Benar bukan?’
Keheningan terusik dengan suara gesekan pena dan kertas yang
saling beradu. Tek.
‘Apakah untukmu selama
ini hanya permainan belaka?’
.
.
Gadis berambut hitam panjang itu termangu sambil mengetukkan
pensil ke bibirnya, luka dan kekecewaan yang mendalam tersirat di sorot matanya
yang redup.
‘Suatu kesalahan terbesar
untukmu kalau kau mengira aku meragukanmu. Kalau memang hubungan ini hanya
berlandaskan keraguan.. Untuk apa kita bertahan sampai.. paling tidak bukan
sampai sekarang.’
Helaan nafas panjang keluar dari bibirnya, pikirannya sibuk
menjelajahi ruang dan waktu dengan bebas. Tanpa peduli akan apapun yang mungkin
saja menginterupsi.
‘Apakah kau tahu apa
yang kulalui selama aku bersamamu, hm?’
.
.
‘Apa kau bahagia
denganku?’
Junhyung membaca ulang untuk kesekian kalinya empat kata
yang baru saja ia tulis.
Kata-kata yang selama ini merupakan kalimat tanya yang
paling ingin ia tanyakan pada kekasihnya—dulu. Kata-kata yang selama ini
menghantui dirinya selama bersama dengan dia.
‘Kalau kau jawab iya,
aku tidak pernah merasa begitu.’
.
.
‘Sampai kapanpun aku tidak
akan pernah menjawab kalau aku bahagia denganmu.’
Hyuna menyimak ulang goresannya, kemudian melanjutkannya
lagi.
‘Jujur, aku tidak
pernah merasakan apa itu bahagia. Semenjak mengenalmu, yang aku tahu hanyalah
kesedihan. Dari awal bertemu, dari awal perkenalan, dari awal menjalin
hubungan.. Bahkan sampai ke akhirnya.. Tidak pernah. Mencintaimu.. Mengenalmu..
Memilikimu.. Tidak lain hanyalah luka.’
Hyuna hendak mengambil sebuah penghapus di sisi kanannya,
hampir saja ia menghapus habis tulisan tangannya. Tapi ia meletakkan kembali
penghapus tersebut.
Kapan lagi bisa jujur kepadanya? Kepada diri sendiri.
‘Kau tidak tahu apa
yang sudah aku lalui selama ini... Kau tidak akan pernah tahu.’
Hyuna menghela nafas panjang.
‘Tapi kau adalah
kesalahanku yang paling indah, aku tidak pernah menyesal.’
.
.
‘Apa yang membuatmu
bersedih? Apa yang selama ini membuatmu gundah? Kenapa kau tidak pernah
menceritakan apapun kepadaku? Aku ini siapa sebenarnya?’
Junhyung menyandarkan kepalanya di puncak sandaran kursi, memandang
langit-langit kamarnya yang hanya diterangi oleh cahaya lampu kecil di mejanya.
.
.
‘Kamu.’
Gadis itu tersenyum bersamaan dengan pandangannya tertuju
pada bingkai foto yang sejak tadi menjadi perhatiannya.
‘Tapi.. Karena semua
itu adalah kamu. Kau. Maka aku tidak apa-apa.’
.
.
‘Sekali kau pernah
bertanya padaku, apa itu cinta? Aku jawab cinta itu adalah sebuah buku. Kau
hendak bertanya kenapa, tetapi aku balik bertanya padamu. Apa itu cinta?’
Junhyung mengepalkan buku-buku tangannya.
‘Kau bilang.. Cinta
itu 99% kesedihan dan 1% kebahagiaan. Karena aku kah?’
.
.
‘Dulu kau pernah tidak
menghubungiku cukup lama karena jawabanku atas pertanyaanmu waktu itu. Cinta
itu 99% kesedihan dan 1% kebahagiaan. Kau bahkan tidak menanyakan alasannya
kenapa aku menjawab seperti itu.’
Batang pensil itu tiba-tiba saja terlepas dari genggaman
Hyuna.
‘99% kesedihan tidak
akan berarti kalau sudah bertemu dengan kebahagiaan. 99% kesedihan dan 1%
kebahagiaan yang bergabung akan saling melengkapi dan menjadi 100%.. Yang membuatku
bisa sedih dan bahagia—walaupun aku tidak yakin bisa disebut bahagia—alasan
dari semua itu hanya kau. Jadi cinta adalah 100% kamu. Gombal kah? Haha..’
Hyuna menenggelamkan wajahnya di kedua lututnya.
‘Tapi kau tidak pernah
menjawab pertanyaanku. Aku tidak akan kembali.’
.
.
‘Kalau masih bisa, aku
ingin menjawab pertanyaanmu itu.. Walau aku tidak yakin kau masih mau
mendengarkannya.’
Junhyung mendesah karena jenuh, ia meraih iPod yang berada
di dekatnya dan segera menyetel sebuah lagu.
‘Cinta itu seperti
buku. Kalau kau membaca kembali buku yang sudah pernah kau baca, kau juga tahu
akhir ceritanya akan tetap sama. Tapi kalau kau mencari dan membaca buku yang
lain, kau belum tentu tahu apakah ceritanya akan indah ataukah sedih di
akhirnya. Dan aku tahu kalau itu kau, kau tidak akan memilih untuk membaca
semua koleksi novel lamamu yang segudang itu. Meskipun sekali-kali kau akan
membukanya dan kembali terperangkap dalam cerita buku tersebut. Tapi kau tidak
akan terjebak sampai ke akhir ceritanya.’
Junhyung memandang semua hasil tulisannya dengan
pandangannya yang berangsur-angsur memburam, matanya terasa panas.
Lagu yang acak terpilih, entah kenapa bisa sangat cocok
dengan keadaannya sekarang. Menghancurkan pertahanan egonya selama ini.
‘Setelah kau pergi..
Aku masih bertanya-tanya, apakah kau juga terluka seperti aku?’
.
.
Hyuna menyeka sudut matanya yang sembab dan berair,
tangannya bergetar hebat ketika menggenggam kembali pensilnya.
‘Yang membuatku sakit
bukanlah ketika aku kehilanganmu..’
Tes.
Tes.
‘Tapi karena kau hanya diam dan tidak mencoba untuk mempertahankan aku..’
.
.
‘Mungkin semua ini hanya
sekedar salah paham..’
‘Atau mungkin paham kita yang berbeda..’
‘Kau pergi.’
‘Ya..’
‘Tidak.. Bisakah kau tetap berada di sisiku?’
‘...’
‘Aku mencintaimu.’
‘Bisakah kau tunjukkan itu kepadaku?’
Gue gatau gue kesambet apaan sampe bikin beginian ohok ohok ohok! Ini ide mendadak muncul kebetulan pas gue lagi agak senggang setelah ujian praktek.. Jadi sempet-sempetin aja diketik daripada idenya ngilang, walaupun gue tau ini abstrak banget.
YAK! Masalah couplenya jangan protes karena gue bener-bener gatau mau bikin cast nya siapa aja. Yang kebayang di pikiran gue cuma Changmin-IU (gue ga rela makanya ga gue bikin), Dujun-G.Na (secinta apapun gue ama Jina unni, Dujun cuma punya gue), dan Junhyung-Hyuna (nah ini kenapa kaga jadian aja..)
So, dengan rada rada bimbang gue bikin pake pair Junhyung-Hyuna. Semenjak gue ga terima kalo Hara yang jadi calon kakak ipar gue #plak
So this is it.
Bahasa yang super duper kaco, minim deskripsi, dan gak modal. Dialog terakhir itu tau dong dari lagu In Heaven -__-
Versi Dujun-Mell nya nyusul kok, muahahahaha #plaked
Adios!
*btw Untitled I nya itu gue post di AO3 dengan pair ChangToria! Fufufu
Here you go! Untitled I*