Kamis, 05 April 2012

Untitled II



“Menurutmu apa itu cinta?”
“Cinta itu.. 99% kesedihan dan 1% kebahagiaan.”

Ketika dua tokoh yang tersesat di jalan yang tak berujung, berdialog akan balada cinta mereka yang tak berbayang.
.
.
‘Mungkin untuk saat ini semuanya memang belum terbayang apapun..’

Hyuna menghentikan goresan pensilnya, mata bulatnya tampak berputar seolah-olah mencari sesuatu di langit-langit kamarnya. Berusaha menemukan serangkaian kata yang tepat untuk melanjutkan goresannya.
‘Atau mungkin memang kita yang belum bisa melihat semuanya..’

Ia berhenti lagi, memandang satu objek lurus di hadapannya. Tersenyum tipis seolah-olah disana ada orang yang juga tersenyum untuknya.

‘Tapi untukku.. Semua itu sama saja.’
.
.
‘Kalau kau memintaku untuk menjawab semua pertanyaanmu yang berbuntut sama saja dengan sebuah poin pasaran tersebut, kau tahu aku tidak akan menjawabnya..’

Junhyung memberikan jeda pada aktivitasnya, sekedar membetulkan letak kacamatanya ke tempat yang benar dan kembali menulis di atas kertas kosong yang sejak tadi menyita perhatiannya.

‘Tanpa harus kau tanya pun seharusnya kau sudah menyadarinya. Perasaan ini bukan hanya sekedar rasa suka atau cinta yang biasa. Walaupun aku tidak pernah bilang bahwa aku mencintaimu. Benar bukan?’

Keheningan terusik dengan suara gesekan pena dan kertas yang saling beradu. Tek.

‘Apakah untukmu selama ini hanya permainan belaka?’
.
.
Gadis berambut hitam panjang itu termangu sambil mengetukkan pensil ke bibirnya, luka dan kekecewaan yang mendalam tersirat di sorot matanya yang redup.

‘Suatu kesalahan terbesar untukmu kalau kau mengira aku meragukanmu. Kalau memang hubungan ini hanya berlandaskan keraguan.. Untuk apa kita bertahan sampai.. paling tidak bukan sampai sekarang.’

Helaan nafas panjang keluar dari bibirnya, pikirannya sibuk menjelajahi ruang dan waktu dengan bebas. Tanpa peduli akan apapun yang mungkin saja menginterupsi.

‘Apakah kau tahu apa yang kulalui selama aku bersamamu, hm?’
.
.
‘Apa kau bahagia denganku?’

Junhyung membaca ulang untuk kesekian kalinya empat kata yang baru saja ia tulis.
Kata-kata yang selama ini merupakan kalimat tanya yang paling ingin ia tanyakan pada kekasihnya—dulu. Kata-kata yang selama ini menghantui dirinya selama bersama dengan dia.

‘Kalau kau jawab iya, aku tidak pernah merasa begitu.’
.
.
‘Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menjawab kalau aku bahagia denganmu.’

Hyuna menyimak ulang goresannya, kemudian melanjutkannya lagi.

‘Jujur, aku tidak pernah merasakan apa itu bahagia. Semenjak mengenalmu, yang aku tahu hanyalah kesedihan. Dari awal bertemu, dari awal perkenalan, dari awal menjalin hubungan.. Bahkan sampai ke akhirnya.. Tidak pernah. Mencintaimu.. Mengenalmu.. Memilikimu.. Tidak lain hanyalah luka.’

Hyuna hendak mengambil sebuah penghapus di sisi kanannya, hampir saja ia menghapus habis tulisan tangannya. Tapi ia meletakkan kembali penghapus tersebut.
Kapan lagi bisa jujur kepadanya? Kepada diri sendiri.

‘Kau tidak tahu apa yang sudah aku lalui selama ini... Kau tidak akan pernah tahu.’

Hyuna menghela nafas panjang.

‘Tapi kau adalah kesalahanku yang paling indah, aku tidak pernah menyesal.’
.
.
‘Apa yang membuatmu bersedih? Apa yang selama ini membuatmu gundah? Kenapa kau tidak pernah menceritakan apapun kepadaku? Aku ini siapa sebenarnya?’

Junhyung menyandarkan kepalanya di puncak sandaran kursi, memandang langit-langit kamarnya yang hanya diterangi oleh cahaya lampu kecil di mejanya.
.
.
‘Kamu.’

Gadis itu tersenyum bersamaan dengan pandangannya tertuju pada bingkai foto yang sejak tadi menjadi perhatiannya.

‘Tapi.. Karena semua itu adalah kamu. Kau. Maka aku tidak apa-apa.’
.
.
‘Sekali kau pernah bertanya padaku, apa itu cinta? Aku jawab cinta itu adalah sebuah buku. Kau hendak bertanya kenapa, tetapi aku balik bertanya padamu. Apa itu cinta?’

Junhyung mengepalkan buku-buku tangannya.

‘Kau bilang.. Cinta itu 99% kesedihan dan 1% kebahagiaan. Karena aku kah?’
.
.
‘Dulu kau pernah tidak menghubungiku cukup lama karena jawabanku atas pertanyaanmu waktu itu. Cinta itu 99% kesedihan dan 1% kebahagiaan. Kau bahkan tidak menanyakan alasannya kenapa aku menjawab seperti itu.’

Batang pensil itu tiba-tiba saja terlepas dari genggaman Hyuna.

‘99% kesedihan tidak akan berarti kalau sudah bertemu dengan kebahagiaan. 99% kesedihan dan 1% kebahagiaan yang bergabung akan saling melengkapi dan menjadi 100%.. Yang membuatku bisa sedih dan bahagia—walaupun aku tidak yakin bisa disebut bahagia—alasan dari semua itu hanya kau. Jadi cinta adalah 100% kamu. Gombal kah? Haha..’

Hyuna menenggelamkan wajahnya di kedua lututnya.

‘Tapi kau tidak pernah menjawab pertanyaanku. Aku tidak akan kembali.’
.
.
‘Kalau masih bisa, aku ingin menjawab pertanyaanmu itu.. Walau aku tidak yakin kau masih mau mendengarkannya.’

Junhyung mendesah karena jenuh, ia meraih iPod yang berada di dekatnya dan segera menyetel sebuah lagu.

‘Cinta itu seperti buku. Kalau kau membaca kembali buku yang sudah pernah kau baca, kau juga tahu akhir ceritanya akan tetap sama. Tapi kalau kau mencari dan membaca buku yang lain, kau belum tentu tahu apakah ceritanya akan indah ataukah sedih di akhirnya. Dan aku tahu kalau itu kau, kau tidak akan memilih untuk membaca semua koleksi novel lamamu yang segudang itu. Meskipun sekali-kali kau akan membukanya dan kembali terperangkap dalam cerita buku tersebut. Tapi kau tidak akan terjebak sampai ke akhir ceritanya.’

Junhyung memandang semua hasil tulisannya dengan pandangannya yang berangsur-angsur memburam, matanya terasa panas.
Lagu yang acak terpilih, entah kenapa bisa sangat cocok dengan keadaannya sekarang. Menghancurkan pertahanan egonya selama ini.

‘Setelah kau pergi.. Aku masih bertanya-tanya, apakah kau juga terluka seperti aku?’
.
.
Hyuna menyeka sudut matanya yang sembab dan berair, tangannya bergetar hebat ketika menggenggam kembali pensilnya.

‘Yang membuatku sakit bukanlah ketika aku kehilanganmu..’

Tes.
Tes.


‘Tapi karena kau hanya diam dan tidak mencoba untuk mempertahankan aku..’
.
.
‘Mungkin semua ini hanya sekedar salah paham..’


‘Atau mungkin paham kita yang berbeda..’


‘Kau pergi.’


‘Ya..’


‘Tidak.. Bisakah kau tetap berada di sisiku?’


‘...’


‘Aku mencintaimu.’


‘Bisakah kau tunjukkan itu kepadaku?’


Note:
Gue gatau gue kesambet apaan sampe bikin beginian ohok ohok ohok! Ini ide mendadak muncul kebetulan pas gue lagi agak senggang setelah ujian praktek.. Jadi sempet-sempetin aja diketik daripada idenya ngilang, walaupun gue tau ini abstrak banget.
YAK! Masalah couplenya jangan protes karena gue bener-bener gatau mau bikin cast nya siapa aja. Yang kebayang di pikiran gue cuma Changmin-IU (gue ga rela makanya ga gue bikin), Dujun-G.Na (secinta apapun gue ama Jina unni, Dujun cuma punya gue), dan Junhyung-Hyuna (nah ini kenapa kaga jadian aja..)
So, dengan rada rada bimbang gue bikin pake pair Junhyung-Hyuna. Semenjak gue ga terima kalo Hara yang jadi calon kakak ipar gue #plak
So this is it.
Bahasa yang super duper kaco, minim deskripsi, dan gak modal. Dialog terakhir itu tau dong dari lagu In Heaven -__-
Versi Dujun-Mell nya nyusul kok, muahahahaha #plaked
Adios!

*btw Untitled I nya itu gue post di AO3 dengan pair ChangToria! Fufufu
Here you go! Untitled I*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Domo